Kesuksesan seorang dealer tidak hanya ditentukan oleh bagaimana strategi buying and selling yang dilakukannya. Tapi juga ditentukan oleh kemampuannya mengendalikan emosi saat melakukan buying and selling saham, forex, atau emas. Bagaimana perasaan Anda saat trading? Apakah telapak tangan Anda berkeringat saat membuka posisi besar? Apakah jantung Anda berdebar sepanjang waktu saat trading? Apakah buying and selling membuat Anda bergembira luar biasa atau malah stres sampai depresi? Jika tidak bisa mengontrol emosi, maka kesuksesan buying and selling malah makin menjauh.
Bagian tersulit dari buying and selling bukanlah membuat sistem buying and selling yang baik dan terstruktur. Manajemen uang dan manajemen risiko juga tidaklah sulit dibuat. Masalah muncul ketika kita trading, adrenalin terpompa begitu kuat hingga kita tidak bisa disiplin melakukan strategi buying and selling yang sudah dibuat. Ketakutan dan keserakahan membuat kita mengabaikan semua rencana yang telah dibuat.
Beberapa emosi bisa menghambat kemampuan kita, dan malah membuat kita mengikuti jalan yang salah. Akhirnya bukannya untung, tapi malah menjadi rugi terus menerus. Untuk benar-benar tumbuh menjadi dealer yang berhasil, kita harus menjadi Trader Disiplin, bukan Trader Emosional.
Trader Disiplin adalah dealer yang berdasarkan sistem buying and selling tertentu. Ia mampu menjaga emosinya, mengontrol emosinya supaya tidak mengganggu sistem buying and selling yang telah dibuat. Ia menaati aturan-aturan dalam sistem buying and selling yang telah dibuat. Ia tidak membiarkan emosi menguasai dirinya secara berlebihan. Bila rugi, ia legowo dan transfer on pada buying and selling selanjutnya. Ia buying and selling dengan fokus dan kalem. Emosinya stabil, tidak naik turun secara drastis. Baginya untung atau rugi adalah hal biasa dalam trading.
Sedangkan Trader Emosional adalah kebalikannya. Ia adalah dealer yang buying and selling berdasar emosi semata. Semakin emosional, semakin agresif tradingnya. Ia percaya bahwa dirinya paling jago buying and selling dan cenderung menyalahkan orang lain atau pasar bila rugi. Ia tidak legowo kalau rugi dalam trading. Jika rugi, seringkali ngotot mempertahankan posisi hanya untuk membuktikan dirinya benar. Emosinya labil naik turun dan bisa eforia atau stres berlebihan.
Berikut adalah perbedaan mendasar antara Trader Disiplin dan Trader Emosional:
Jika tidak bisa mengelola emosi, Anda tidak akan bisa buying and selling dengan baik. Memiliki emosi takut atau serakah itu normal, tapi tidak bisa mengendalikannya akan membuat buying and selling Anda berantakan. Sekarang Anda tinggal memilih, mau menjadi Trader Disiplin atau Trader Emosional?
Semoga menginspirasi