Berubah menjadi yang lebih baik atau hijrah bukan hanya bisa diterapkan dalam kehidupan religius, melainkan juga dalam kehidupan sehari-hari termasuk keuangan dan investasi. Apalagi investasi terutama di pasar saham menjadi hal yang yang diminati masyarakat belakangan ini, terutama di masa pandemi Covid-19.
Banyak banyak masyarakat yang akhirnya menyadari bahwa investasi merupakan sebuah kebutuhan untuk menghadapi ketidakpastian di masa depan. Selain itu, investasi di pasar saham pun tidak hanya terbatas yang konvensional, melainkan ada pula yang syariah.
Investor yang memiliki tujuan dan rencana yang baik biasanya tidak hanya mengejar keuntungan semata, melainkan juga mengutamakan kestabilan. Inilah yang membuat investor baik yang baru maupun yang sudah malang melintang di pasar saham, melirik saham syariah. Besarnya minat investor ini juga menjadi menandakan salah satu keunggulan berinvestasi di saham syariah.
Saham syariah terbukti lebih "imun" ketika pandemi melanda di awal 2020, saat itu IHSG dan indeks LQ45 turun hingga masing-masing mencapai -16,76% dan -21,42%. Akan tetapi, Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) 'hanya' turun sebesar -14,52%, sedangkan Jakarta Islamic Index (JII) 'hanya' turun sebesar -15,68%.
Hal tersebut sesuai dengan beberapa penelitian yang menyatakan bahwa kinerja saham Syariah lebih stabil saat krisis terjadi, salah satunya dalam penelitian Syed dan Shaista dalam Islamic Economics Studies, Vol.22, No.1 pada Mei 2014 yang menunjukkan bahwa Dow Jones Islamic Capital Market Index (DJIM) dan FTSE Global Islamic Index Series lebih stabil saat melalui krisis keuangan pada 2007-2008.
Pasar modal syariah di Indonesia yang diwakili oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) sendiri telah diakui sebagai Best Islamic Capital Market pada tahun 2019 dan tahun 2020 pada ajang Global Islamic Finance Award (GIFA). Sebelumnya BEI juga dinobatkan sebagai Best Islamic Capital Market (2018) dan Best Supporting Institution of the Year (2016-2017), karena banyaknya inisiatif yang dilakukan, termasuk mengajak masyarakat Indonesia untuk hijrah ke pasar modal syariah.
Saat ini, jumlah investor syariah di Indonesia terus tumbuh secara signifikan. Pada 2011 jumlah investor syariah hanya 531 investor, dan pada Mei 2021 menjadi 97.759 investor. Dengan kata lain jumlah investor syariah di Indonesia telah meningkat lebih dari 16.000% selama 10 tahun terakhir.
Tidak hanya itu, menurut data dari Bursa Efek Indonesia, jumlah saham syariah di Indonesia telah mencapai lebih dari 450 emiten atau 64% dari total keseluruhan saham yang ada dengan kapitalisasi pasar sebesar Rp 3.400 triliun atau mencakup 49% dari total keseluruhan kapitalisasi pasar di Bursa Efek Indonesia.
Kriteria saham syariah di Indonesia sebenarnya bermacam-macam. Beberapa di antaranya, seperti menjalankan bisnis perusahaan yang bertentangan dengan prinsip syariah, seperti jasa keuangan konvensional dan minuman keras, rasio utang berbasis bunga juga tidak boleh lebih dari 45% dari total aset perusahaan. Dari mekanisme perdagangan, dan cara bertransaksinya juga berbeda, yaitu dengan menggunakan Sharia Online Trading System (SOTS).
Sistem ini pun dapat mendeteksi transaksi saham yang tidak sesuai prinsip syariah. Investor yang bertransaksi saham dengan SOTS hanya bisa membeli saham syariah dan tidak dapat transaksi menggunakan margin trading atau short selling, sehingga melindungi investor dari risiko gagal bayar dalam pengembalian dana atau saham yang dipinjam.
Salah satu sekuritas pertama yang menyediakan SOTS di Indonesia, yakni Indo Premier Sekuritas, dengan nama IPOTSyariah. Brand Manager IPOTSyariah, Indah Nurhabibah, menjelaskan bahwa inisiatif ini sejalan dengan potensi pasar modal syariah di Indonesia. Menariknya, IPOTSyariah juga merupakan SOTS pertama di dunia, telah digunakan oleh lebih dari 23.000 investor di Indonesia dan telah menjadi market leader di pasar modal syariah dengan porsi sebesar 24% pada Mei 2021.
"Kita adalah negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia. Didukung dengan cerahnya prospek pasar modal Indonesia beberapa tahun ke depan, kami yakin pasar modal syariah akan menarik minat banyak investor, tidak hanya dari kalangan muslim, namun juga dari kalangan lainnya. Hal ini lah yang membuat kami meluncurkan kampanye #SemuaBisaHijrah," ujar Indah.